Pengamat Ekonomi : Anton Timbang Lebih Layak Pimpin Kadin Sultra

waktu baca 3 menit
Pengamat ekonomi dari Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Syamsir Nur

Kendari – Perebutan kursi ketua umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Sulawesi Tenggara (Sultra) semakin memanas dengan hanya diloloskannya dua figur menjadi calon ketum. Dua calon itu adalah petahana Mandi dan sang penantangnya Anton Timbang.

Keduanya akan saling merebut suara pemilih pada Musyawarah Provinsi (Musprov) Kadin Sultra yang rencananya akan dihelat pada 11 Januari 2021 mendatang.

Sebagai petahana, Mandi yang telah menduduki jabatan ketum Kadin Sultra selama lima tahun tentu memiliki beban lebih besar. Pasalnya, ia mau tak mau harus dievaluasi apa saja yang telah ia kerjakan untuk organisasi yang menaungi para pelaku industri dan perdagangan di Sultra ini.

Pengamat ekonomi dari Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Syamsir Nur mengatakan, selama ini Kadin Sultra belum mampu hadir menjadi mitra strategis pemerintah daerah (pemda) Sulawesi Tenggara untuk mengurai permasalahan ekonomi khususnya di bidang industri dan perdagangan.

“Kadin belum hadir membangun sinergitas dengan pemerintah daerah secara baik. Padahal sesungguhnya peran Kadin sebagai mitra strategis harus dapat memberikan solusi terkait masalah-masalah yang ada. Contoh, pada persoalan lapangan kerja, angka kemiskinan, angka pengangguran dan serapan anggaran di pemda yang belum mampu mengurai persoalan yang ada di masyarakat, Kadin harus membangun kolaborasi dengan pemda,” ungkap Syamsir Nur kepada media ini, Jumat (8/1/2021).

Menurut Syamsir, kinerja Kadin Sultra sejauh ini belum optimal dan belum ada prestasi yang menonjol dikarenakan penataan kelembagaan yang belum tuntas dan juga kapabilitas para pengurusnya.

“Pak Mandi soal penataan kelembangaannya belum tuntas, karena itu kuncinya. Bagaimana membangun tata kelola kelembagaan yang baik itu kuncinya. Tapi kalau secara kelembagaan juga belum tuntas, apalagi merekrut orang-orang yang menurut saya tidak memahami apa yang harus dikerjakan, tidak kapabel, maka itu menjadi sulit,” imbuhnya.

Kedepan, Syamsir mengingatkan, siapapun yang menjadi Ketua Kadin Sultra, hal tersebut di atas haruslah diperkuat. Hal lainnya adalah bagaimana membangun daya saing di antara para pelaku usaha dan juga membangun kemitraan dengan pemda agar ekonomi kita bisa lebih baik.

“Kalau tinggal dua calon, saya secara pribadi mengatakan lebih layak pak Anton Timbang dari pada pak Mandi. Dari sisi jejaring, kemudian kemampuan membangun komunikasi dengan pemerintah juga penting,” kata Syamsir.

Masih menurut Syamsir, Kadin adalah bagian penting dari pemerintah, jadi dinamika ekonomi di daerah ini, selain ada sektor moneter dan fiskal juga ada sektor rill. Kadin harus bisa menjadi mitra pemerintah untuk bagaimana mendorong beberapa sektor-sektor ekonomi potensial dalam jangka panjang.

“Yang saya amati bahwa pelaku usaha kita, terutama UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) kita, yang banyak membentuk denyut nadi ekonomi kita di daerah menghadapi beberapa kendala misalnya dari sisi sumber daya manusia, dari sisi produksi, dan sisi pemasaran. Nah, kita harapkan Kadin bisa masuk ke tengah itu, bagaimana mengurai masalah yang dihadapi oleh para pelaku UMKM kita,” jelasnya.

Ia menilai, walaupun saat ini geliat industri terutama pelaku besar, baik itu investasi asing maupun dalam negeri yang bermodal besar sudah hadir, tetapi paling tidak Kadin harus hadir harus membangun sinergitas bagaimana menghadirkan investasi yang sudah ada ini saling bersinergi dengan UMKM.

“Jadi ada keterpaduan antara sektor hulu dan hilir. Kadin juga harus mampu mengurai masalah yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Misalnya soal kedelai dan bahan pangan lainnya, di Sultra maupun nasional kita sangat tergantung dengan impor. Padahal sesungguhnya kita memiliki potensi di sektor itu. Inilah yang diharapkan kepada Kadin agar bisa mendorong pemanfaatan di sektor itu,” pungkas Syamsir. (SN)