Bukit Tawainalu Wonua Sorume Koltim, Jadi Perdana Wisata Udara Paralayang di Sulawesi Tenggara

waktu baca 2 menit

KOLAKA TIMUR, Sultranews.co.id – Menelisik sektor wisata Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi perhatian dari berbagai pecinta alam, utamanya para pencinta paralayang yang berasal dari Jakarta.

Keindahan alam Kolaka Timur utamanya bidang wisata udara wonua sorume kini menjadi pusat perhatian bagi paralayang, sekaligus akan menjadi saksi sejarah penerbangan perdana paralayang di Kabupaten Kolaka Timur, selasa (17/12/24) baru-baru ini.

Keindahan alam Puncak Bukit Tawainalu, Kecamatan Tirawuta, memiliki pesona tersendiri dengan pemandangan perbukitan hijau dan hamparan sawah, sehingga lokasi bukit tersebut dijadikan sebagai lokasi terbang perdana paralayang di Sulawesi Tenggara dengan ketinggian 300 Mdpl.

Terbang perdana paralayang ini dilakukan oleh Gendon Subandono, seorang pelatih sekaligus tokoh berpengaruh dalam dunia paralayang di Indonesia.

Gendon, yang dikenal atas kontribusinya dalam memajukan olahraga paralayang di tanah air, meluncur dengan gemilang dari Bukit Tawainalu, sebuah lokasi strategis yang memiliki panorama alam luar biasa.

Diketahui, terbang perdana paralayang di Bukit Tawainalu tersebut atas dukungan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kolaka Timur melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di bawah kepempinan Bupati Abd Azis, SH., MH, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ino Sopandi.

Ino Sopandi, kepada awak media menyampaikan rasa bangganya terhadap pencapaian dengan penerbangan perdana paralayang di udara wonua sorume.

“Wonua Sorume memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pusat paralayang di Sulawesi Tenggara khususnya di Kolaka Timur,” ucap Ino panggilan akrabnya.

Ia juga mengatakan bahwa Puncak Bukit Tawainalu yang menjadi titik lepas landas paralayang memiliki ketinggian 300 Mdpl dibawahnya 70 Mdpl. Artinya ada specs 230 Mdpl untuk standar terbang, sehingga lokasi tersebut sangat cocok untuk paralayang.

Selain itu, ia juga menjelaskan, awalnya dia (Ino Kadis Pariwisata red) memanggil Gendon Subandono selaku paralayang di Jakarta untuk mengecek beberapa lokasi paling ideal untuk lokasi penerbangan paralayang di Kolaka Timur.

“Awalnya kami cek di Wesalo Puncak Alamo dan puncak Sorombipi, namun posisinya kurang memungkinkan, sehingga kami bergeser ke puncak bukit Tawainalu baru memenuhi syarat untuk terbang dengan ketinggian yang sangat ideal bagi paralayang” jelasnya.

Untuk lokasi puncak bukit Tawainalu sendiri, lanjut Ino, dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai dipuncak tersebut. Dari perkampungan menggunakan kendaraan roda dua melewati perbukitan.

Dengan langkah ini, Kolaka Timur tak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga pengalaman yang memacu adrenalin bagi para pecinta paralayang nantinya.

Ia pun berharap, penerbangan perdana paralayang di Wonua Sorume akan menjadi salah satu awal dari kebangkitan sektor pariwisata di Kolaka Timur, sekaligus membuka peluang baru bagi masyarakat lokal melalui peningkatan ekonomi berbasis wisata.

Laporan : Redaksi