Desa Namu di Konawe Selatan, Surga Pariwisata Dengan Sejuta Pesona

waktu baca 4 menit
Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, ditetapkan Pemerintah sebagai desa Wisata pada 2017 silam, daerah tersebut semakin menjadi magnet kuat yang mampu menarik arus wisatawan untuk berdatangan.

KONAWE SELATAN, Sultranews.co.id – Sejak Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, ditetapkan Pemerintah sebagai desa Wisata pada 2017 silam, daerah tersebut semakin menjadi magnet kuat yang mampu menarik arus wisatawan untuk berdatangan.

Daerah tersebut ibarat surga pariwisata yang menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan. Mulai dari pantainya, Air terjun hingga tempat snorkeling. Dengan pesona alamnya yang memukau bisa membuat Anda melupakan kejenuhan dari segala aktivitas.

Untuk mencapai desa ini, satu-satunya akses adalah melalui jalur laut dari Pelabuhan Rakyat Desa Langgapulu, Kecamatan Kolono Timur. Lama penyebrangan membutuhkan waktu kurang lebih selama 30 menit.

Dari Kota Kendari, ibukota Provinsi Sultra, jarak Desa Langgapulu berkisar 95 KM atau waktu tempuh 2,5 jam. Perjalanan darat tersebut berlanjut dengan perjalanan laut yang diseberangi menggunakan kapal kecil milik masyarakat sekitar di pelabuhan rakyat. Tak perlu ragu soal biaya, umumnya kapal penyebrangan dengan kapasitas 6-9 orang dihargai Rp 500 ribu, harga sudah termasuk untuk jasa antar jemput wisatawan.

Namun setelah sampai di Desa tersebut, rasa lelah selama perjalanan akan terbayarkan dengan pemandangan yang sanngat menakjubkan. Di desa wisata ini, pantai namu yang berada di dusun III memiliki kilauan air laut yang jernih, hamparan pasir putih, dan pohon kelapa yang berbaris rapi menambah eksotisnya wisata pantai ini. Lokasinya yang cukup terpencil membuat desa ini masih asri dan jauh dari polusi.

Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, ditetapkan Pemerintah sebagai desa Wisata pada 2017 silam, daerah tersebut semakin menjadi magnet kuat yang mampu menarik arus wisatawan untuk berdatangan.

Keunikan lain dari Desa ini, karena alamnya memang begitu membentuk karakteristik yang tersendiri, dari pantai Namu yang melengkung yang dikelilingi perbukitan di kiri dan kanan pantai, garis pantai beserta dermaga yang panjang menjadikan pantai Namu ini terlihat semakin mempesona.

Selain menikmati keindahan pantai, para pengunjung juga bisa memilih spot untuk melakukan snorkeling. Terletak di sekitar dermaga pelabuhan beserta di pulau yang ada di wilayah laut antara dusun II dan dusun III.

Deretan karangnya yang cukup menyenangkan untuk mata bagi para pecinta snorkeling. Namun, untuk bisa mendapatkan lokasi snorkeling di pantai terdekat bisa mendapatkan lokasi snorkeling yang jauh lebih indah harus pergi lebih jauh menuju tengah laut. Karena ketika memasuki musim ombak akan sangat berbahaya bagi pengunjung.

Berkunjung ke Desa Namu serasa belum lengkap jika tidak menginjakkan kaki di puncak Punggung Perahu. Lokasinya yang berada di atas ketinggian membuat hamparan laut luas yang menjadi lintasan kapal penumpang Kendari-Raha-Baubau dan Wakatobi terpampang jelas di depan mata.

Selain itu Pulau Buton yang berada disisi kanan serta Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan juga dapat dilihat secara langsung. Termasuk gunung-gunung hijau yang menyejukkan mata.

Liburan akan terasa lengkap jika pengunjung tidak melewatkan kesejukan Air Terjun Pitundengga. Dimana air terjun ini memiliki tingkat tujuh yang mempunyai pemandangan alam yang sangat indah, beserta air yang dingin. Jarak tempuh untuk menuju lokasi tersebut juga tidak jauh, pengunjung hanya harus berjalan sekitar 1,5 km untuk dapat menelusuri kawasan hutan kakao dan cengkeh.

Bagi pengunjung yang ingin menginap di Desa Namu, tidak perlu risau karena pihak pengelola telah menyediakan dengan tarif yang bervariasi untuk satu kali menginap. Jika hanya menginap, tarif yang dikenakan sebesar Rp 25.000 per orang. Namun jika ditambah makan, maka tarifnya akan menjadi Rp 50.000 per orang
sekali makan.

Namun, kebanyakan pengunjung utamanya dari kalangan pemuda dan penggiat wisata biasanya lebih memilih mendirikan tenda untuk camping ketimbang menginap di homestay yang sudah disediakan warga sekitar.

Namun soal listrik, seperti daerah kepulauan lainnya di Sultra, listrik di Desa Namu juga belum menyala 24 jam. Warga di desa ini hanya mengandalkan genset untuk penerangan malam hari, mulai pukul 18.00 Wita sore hingga pukul 22.00 Wita malam.

Salah satu pengunjung, Sarman mengaku puas dengan wisata yang berada di Desa Namu. Karena wilayah ini memilih wisata yang komplit. Selama sepekan berada di daerah itu, ia dan temannya sangat menikmati suasana alam yang berada di Namu. Tidak lupa juga mereka mengabadikan setiap moment.

“Meskipun tempat sedikit jauh, karena tidak bisa diakses lewat jalur darat dari Kota Kendari. Tapi rasa lelah kami hilang sekejap saat kami sudah tiba di Lokasi, pokoknya tidak menyesal saya ikut teman-teman datang kesini. Kalau ada waktu, mungkin lain kesempatan saya akan ajak keluarga saya,” ungkap warga Kota Kendari itu.

Warga Desa setempat, Harlan mengaku, sejak Desa mereka ditetapkan sebagai Desa Wisata sangat berdampak pada perekonomian warga setempat.

“Selain bergantung pada mata pencaharian sebagai nelayan, warga setempat kini juga mengandalkan wisata untuk menambah pendapatan,” katanya.

SN