Enam Tahun Terbengkalai, Kantor Lurah di Konawe ini Terlihat Seperti Bangunan ‘Angker’

waktu baca 3 menit
Kondisi Kelurahan Ambondia di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, komndisinya sangat memprihatinkan dipenuhi semak belukar, Rabu (27/5/2020), Foto. Sultra News

Konawe – Kantor Kelurahan Ambondia di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), terbengkalai dan kondisinya sangat memprihatinkan, Rabu (27/5/2020).

Bagaimana tidak, sudah bertahun-tahun dibangun kini kondisi kantor Lurah tersebut tak terawat hingga dipenuhi semak belukar bak bagaikan gedung tua keramat.

Tidak hanya itu, berbagai masalah lain bermunculan dan menjadi keluhan masyarakat sekitar terkait pelayanan di kantor kelurahan yang terbengkalai tersebut.

Salah satunya yaitu terkait soal lurah yang tak pernah berkantor dan lebih banyak menghabiskan waktu di Unaaha. Masalah lainnya juga terhadap Alokasi Dana Kelurahan yang tidak digunakan untuk operasional kantor.

Lurah Ambondia, Fatrina Hady, mengakui kebenaran terkait kondisi kantornya yang tidak pernah lagi digunakan sejak 2014 silam. Alasannya, karena kantor tersebut sudah tidak layak lagi dgunakan.

“Alasannya juga masyarakat karena jauh dari perkampungan. Jadi kantor pelayanan kita pindahkan ke balai kelurahan yang letaknya berada di pemukiman warga. Jadi sekalipun kantor tidak digunakan pelayanan tetap jalan,” ujar Fatrina saat di temui Sultra News, pada Rabu (27/5/2020).

Baca Juga :  Jalur “Neraka” di Konawe Kepulauan, Berani Lewat Siapkan Tali

Selain itu, Fatrina juga mengaku mengalami banyak kendala terhadap tidak tersediannya listrik, akses komunikasi dan fasilitas pendukung lainnya di kantor Lurahnya itu.

“Kami tidak pernah membatasi pelayanan sebatas di kantor kelurahan saja. Kita tetap lakukan pelayanan jemput bola, di jalan kalau ketemu masyarakat saya tanyakan apa kendala mereka, jadi saya ketemu masyarakat tidak hanya menunggu di kantor,” katanya.

“Adapun saya kebanyakan di Unaaha karena semua informasi di Unaaha karena di sana (Ambondia) tidak ada jaringan selular sehingga untuk infomasi ke pemerintah daerah itu tidak ada,” ucap Fatrina.

Terkait Alokasi Dana Kelurahan, Fatrina menyebut tidak ada acuan tertentu bahwa dana tersebut digunakan untuk perawatan kantor, yang ada hanya untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan fisik fasilitas umum.

Sejauh ini, lanjut Fatrina, dana kelurahan 2019 tahap I, telah digunakan untuk penangan banjir berupa pengadaan dua unit katinting untuk keperluan mobilisasi bantuan logistik dan pembenahan Masjid.

“Untuk tahap II tahun 2019 digunakan untuk pengadaan KWh meter kepada 45 rumah yang telah dinikmati warga pada malam takbiran (lebaran 2020). Anggarannya Rp147 juta dan sudah dibayarkan ke PLN,” terangnya.

Adapun dana kelurahan tahap I tahun 2020 ini digunakan untuk kegiatan pengerasan Jalan Anggulelo sepanjang dua kilometer. Untuk tahap dua direncakan akan dilakukan penambahan KWh meter untuk sembilan rumah yang belum memiliki.\

“Tahap I penggunaanya selain untuk berbenah fasilitas pemerintahan, juga untuk kebutuhan masyarakat yang terkena banjir dan mengganti semua kerusakan ataupun yang hilang milik masyarakat, utamax kelompok usaha masyarakat. Karena mereka saya buatkan 2 kandang sapi sama kandang kambing. Selain itu saya ganti semua peralatan perbengkelan yang baru buat kelompokm,” jelas Fatrina. (SN)

[feed url=”https://sultranews.co.id/category/peristiwa/” number=”5″]