Kabut Hitam Batu Bara Milik PT OSS Menjadi Hantu Bagi Warga Lambuluo Motui

waktu baca 2 menit
Tumpukan meteial Batu Bara milik PT OSS, yang meresahkan warga Desa Lambuluo, Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara (Konut). Foto: Lukman/SultraNews.

KONUT – Hampir tiga tahun sudah Warga di Desa Lambuluo, Kecematan Motui, Kabupaten Konawe Utara (KONUT) selalu dihantui kabut hitam Batu Bara milik perusahaan PT Obsidian Stainless (OSS).

Perusahaan asal Tiongkok ini bergerak membuat pabrik pemurnian Ferronikel atau campuran nikel dan besi menjadi nikel murni.

Semenjak beroperasi di Konawe, yang merasakan dampak dari polusi tersebut adalah warga tetangga. Mereka resah akibat polusi udara yang di sebabkan oleh tumpukan batu bara di wilayah perusahaan tersebut.

Partikel hitam dari batu bara itu menyebar melalui udara dan air laut hingga mengakibatkan debu hitam pekat memasuki rumah warga dan mencemari air laut, sehingga warga susah untuk mencari ikan.

Basrin, Warga Desa Lambuluo menyebutkan sudah hampir 3 tahun masyarakat disitu merasakan dampak berdirinya perusahaan tersebut.

Kabut Hitam Batu Bara Milik PT OSS Menjadi Hantu Bagi Warga Lambuluo Motui
Basrin, warga Lambuluo, Kecamatan Motui, Konut

“Lamami warga disini merasakan dampak dari batu bara. Apa lagi masalah debu yang sudah cemari udara dengan laut. Dulunya kalau saya panen tambak ikan, bisaji sampai lima puluh persen. Tapi sekarang jangankan lima puluh persen, sepuluh persen saja susah sekali,” tutur Basrin, yang ditemui SultraNews di rumah kediamannya, Sabtu (24/4/2021).

Basrin menuturkan, bahwa pernah dirinya gagal panen akibat tercemarnya air laut, sehingga tambak ikan miliknya menyebabkan kerugian besar.

“Saya pernah gagal panen. Ikan yang ada didalam tambak saya, mati semua. Saya coba menghadap ke perusahaan untuk minta kompesasi ganti rugi setengah dari modal saya tapi ditolak,” tukasnya.

Demikian pula dengan Raisa, seorang ibu rumah tangga juga mengeluhkan akibat polusi udara dari perusahaan.

Raisa mengungkapkan, semenjak polusi debu hitam itu menguyur kampung mereka, sudah banyak yang menderita penyakit batuk. Selain batuk, kata reisa, dirinya juga setiap harinya menghirup debu hitam itu, sehingga sudah banyak warga yang sakit.

“Kami disini, mulai dari pagi hingga malam kembali, kita hirup terus debu hitam. Ini saja di dalam rumah penuh dengan debu. Piring makan saja biar kita habis cuci, tapi kalau kita mau makan harus dicuci lagi,” ucapnya.

Sementara itu Kepala Desa Lambuluo Mirwan, yang dikofirmasi mengatakan, sejak berdirinya PT OSS, warganya tidak pernah diberikan kompensasi sedikit pun dari pihak perusahaan.

“Sudah hampir 3 tahun masyarakat saya tidak pernah menerima kompensasi dari pihak perusahaan. Jangankan uang, sembilan bahan pokok saja tidak pernah ada,” ungkapnya.

Laporan: Lukman

Editor: Ovhin