Kisah Perawat di Sultra Berjuang Lawan Covid-19 Hingga Rela Tidak Bertemu Keluarga

waktu baca 3 menit
Salah satu perawat di RS Bahteramas berpakaian Astrounot saat merawat pasien (Dok.Sultra News)

Kendari – Sejak virus corona mewabah di Sulawesi Tenggara (Sultra), ada sepenggal cerita perjuangan tenaga kesehatan yang tidak banyak diketahui oleh publik, Kamis (9/4/2020).

Seperti dialami oleh puluhan perawat yang tengah bertugas melawan Covid-19 di Rumah Sakit Bahteramas Sultra. Sejak mewabahnya virus ini, tercatat 30 Perawat rela tidak pulang ke rumah.

Salah satunya yang dirasakan juga oleh Mulyanto Nur, seorang perawat yang bertugas di ruang isolasi rumah sakit Bahteramas Sultra.

Mulyanto mengaku sejak 19 Maret, saat 3 warga Sultra yang dirawat di Ruang Isolasi rumah sakit Bahteramas dinyatakan positif Virus Corona, Mulyanto Nur, tak bisa pulang ke rumah untuk bertemu dengan anak dan istrinya.

Bagaimana tidak, Mulyanto Nur memang punya tanggung jawab besar sebagai tenaga kesehatan sejak corona mulai mewabah. Nur merupakan Kepala Ruang Isolasi khusus untuk pasien corona di rumah sakit plat merah itu.

“Saya masih ingat betul, waktu itu hari Kamis, 19 Maret. Waktu pertama kali Tim Gugus Tugas mengumumkan 3 orang yang sedang kami rawat di ruang isolasi dinyatakan positif corona, kami langsung cemas,” ujar Nur.

Nasib sama juga dialami oleh puluhan perawat lainnya yang tidak bisa pulang ke rumah selama hampir satu bulan.

Mulyanto menceritakan ada 12 orang perawat, termasuk dirinya yang bertugas merawat 3 pasien di ruang isolasi. Setelah ketiganya dinyatakan positif, para perawat itu langsung pasrah dan menganggap hal itu sudah menjadi tugasnya.

“Memang sempat cemas, tapi alhamdulilah, kami saling menguatkan, dan saya sampaikan kepada teman teman, apa yang kita lakukan selama ini adalah tanggungjawab kita, harus dilaksanakan seperti biasa,” tuturnya.

Suatu ketika setelah 3 pasien dinyatakan positif, pihak rumah sakit langsung membentuk 3 tim khusus yang berisi 30 orang. Setiap tim berisi 10 orang perawat yang secara bergantian bertugas di ruang isolasi.

“Setiap tim bertugas selama 1 minggu, setelah seminggu akan digantikan lagi oleh tim lain, dan tim pertama yang bertugas bisa libur,” ucap Mulyanto.

Sejak itulah, Mulyadi dan puluhan Perawat lainnya mulai intens merawat pasien positif corona di RS Bahteramas, hingga memutuskan diri untuk pasrah tidak pulang ke rumah.

“Terus terang sampai saat ini saya belum pulang ke rumah, pokoknya semenjak kasus pertama muncul hari Kamis itu, sampai saat ini kami (30 perawat di ruang isolasi) belum ada yang pulang ke rumah,” katanya.

Akhirnya, Mulyadi dan rekan-rekannya dari Perawat memutuskan memilih tetap tinggal di rumah sakit.

“Kami di fasilitasi oleh rumah sakit untuk tinggal di rumah sakit ini dan fasilitasnya dilengkapi,” terang Mulyadi.

Tidak dapar dipungkiri, puluhan Perawat ini hanya dapat menahan terhadap istri, anak maupun keluarganya. Terkadang sesekali untuk mengobati rindu, Mulyadi hanya dapat video call melalui aplikasi Whats App nya.

“Sama keluarga pasti rindu, setiap malam saya komunikasi dengan anak dan iatri saya. Biasanya saya pakai, whatsapp atau video call langsung. Yang lain juga begitu,” tuturnya.

Dia berharap besar dapat kembali pulang agar dapat berkumpul kembali bersama anak, istri dan keluarganya. Namun, ada beberapa Perawat lainnnya yang memilih mengisolasikan diri di rumah sakit agar keluarga di rumah tak terkena imbasnya.

“Aktifitas kami hanya diseputar rumah sakit saja, tidak bisa keluar. Bukan apanya, kita tidak ada yang tahu, mending menjaga agar keluarga kita tidak sampai terpapar,” tandasnya.

laporan. Wayan Sukanta