Kisah Pilu Bayi Kembar Siam di Kendari Butuh Uluran Tangan

waktu baca 3 menit
Bayi kembar siam Aqila Dewi Sabila dan Azila Dewi Sabrinabersama kedua orang tuanya Jayasrin dan Silfina di rumahnya, di Jalan Balai Kota II, Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Rabu (17/7/2019) (Foto. Iyan/sultranews.net)

sultranews.net – Raut kesedihan wajah pasangan Jayasrin (25) dan Selfina (20), terlihat jelas ketika melihat buah hati pertamannya yang terlahir dengan kondisi dempet dada (kembar siam).

Lahir pada 7 Maret 2018 di rumah sakit umum daerah (RSUD), Kota Kendari, balita mungil itu diberi nama Aqila Dewi Sabila dan Azila Dewi Sabrina. Sejak persalinan, Jayasrin bersama istrinya terpaksa harus tinggal di RSUD Kota Kendari, selama satu tahun. Pasangan orang tua bayi kembar siam ini tidak punya pilihan, karena pihak rumah  sakit berjanji akan mengoperasi anak kesayangannya itu.

Kegelisahan Jayasrin semakin tidak terbendung, pasalnya hampir setahun dirawat di rumah sakit, anak semata wayangnya itu belum juga mendapat pelayanan tindakan medis. Sehingga Jayasrin bersama istrinya memutuskan untuk membawanya pulang kerumah.

Karena keterbatasan ekonomi, Jayasrin bersama keluarga kecilnya menumpang tinggal di rumah orang tuanya yang beralamat di Jalan Balai Kota II, Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia, Kota Kendari.

“Kami ditawarkan oleh Dokter agar anak kami dirawat saja di rumah sakit dengan alas an mempermudah pengawasan dan kalau terjadi apa-apa bisa dipantau. Tetapi sudah satu tahun berjalan dirawat di rumah sakit, kami tiak mendapat kepastian kapan anak saya ini akan dirujuk ke rumah sakit Sutomo Surabaya untuk menjalani perasi. Setelah saya cek di BPJS, katanya surat rujukannya belum ada di mereka padahal berkas BPJS untuk rujukan sudah lama saya serahkan di RSUD Kota Kendari,” tutur Jayasrin kepada sultranews.net saat ditemui di kediamannya, Rabu (17/7/2019).

Jayasrin dan Silfina saat bersama buah hatinya Aqila Dewi Sabila dan Azila Dewi Sabrina.

Jayasrin bersama istrinya, kini sehari-hari hanya menghabiskan waktunya untuk menjaga dan menemani kedua buah hatinya di rumah. Ditengah keterbatasan ekonomi semakin menambah berat beban memikirkan biaya pengobatan kedua anaknya.

Baca Juga :  Berkat Dukungan Warga Setempat, Perbaikan Ruas Jalan Watarema - Waworaha Selesai

Penghasilannya yang hanya sebagai seorang supir truck, nampaknya tidak cukup untuk menambah biaya operasi sang buah hati. Nilainya cukup fantastis, untuk dapat dioperasi di rumah sakit Sutomo Surabaya, Jayasrin harus membayar Rp1 miliar.

Jayasrin makin pusing tidak kepayang kemana harus mencari uang sebanyak itu. Aksi nekad sempat terlintas dipikiran Jayasrin yang berencana menjual ginjalnya untuk biaya operasi sang buah hati.

“Salah satu dokter bedah rumah sakit Sutomo Surabaya pernah datang mengecek kondisi anak kami, saat itu kami diberitahu biaya yang dibutuhkan untuk operasi, sekira Rp1 miliar. Dimana kasian kita mau dapat uang sebanyak itu, kita jual ginjal saja tidak cukup,” ucap Jayasrin.

“Kami berharap pemerintah memperhatikan kondisi anak kami dan sekiranya bisa membantu warganya yang sedang susah ini. Tidak mi pilihan lain selain pasrah sudah keliling juga usaha, BPJS juga belum ada tanggapan sampai sekarang seperti apa solusinya,” harapnya sembari menunjukan wajah cemas.

Reporter. Iyan

BACA JUGA :