Produksi Cabai di Konawe Capai 19 Ton Perhektar

waktu baca 2 menit
Foto Ilustrasi Lahan Cabai.

KONAWE – Produksi Cabai di Kabupaten Konawe saat ini mencapai 19 ton per hektar untuk setiap kali panen.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Gunawan Samad melalui Kepala Seksi (Kasi) pengolahan dan pemasaran, Sri Dewi Utami saat diwawancara awak media di ruangannya, Rabu, (9/3/2022).

Namun hasil panen tersebut dikatakannya kurang maksimal karena biasanya hasil pertanian cabai di Konawe bisa mencapai 24 Ton per hektarnya setiap kali panen.

Sri Dewi Utami mengungkapkan, walau per panen hanya petani mendapatkan paling rendah 19 ton per panen, namun harga saat ini sangat baik.

Sri Dewi Utami menerangkan petani sampai saat ini tidak ada kendala terkait pemasaran cabai, karena sebelumnya pihaknya telah membuka komunikasi kepada para pengepul di berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.

“Kami menyalurkan hasil panen cabai itu di pasar tradisional Kendari dan Konawe, bahkan ada yang dikirim di luar daerah seperti Kolaka,” ujar Sri.

Lanjutnya, yang sering menjadi kendala pada petani cabai di Konawe adalah petani melakukan panen Basar secara serentak di berbagai kecamatan sehingga mengakibatkan harga anjlok.

Berbagai upaya telah dilakukan apa bila harga cabai turun. Bahkan Dinas TPHP telah membuka komunikasi kepada salah satu perusahaan saos cabai ternama di Indonesia.

Namun setelah di kunjungi oleh salah satu perusahaan tersebut untuk dilakukan cek kualitas cabai dan lokasi, kualitas cabai di Konawe belum memenuhi kriteria perusahaan mereka.

Hal itu dikarenakan hasil panen cabai yang ada di Konawe terlalu jauh masih harus di kirim ke lab untuk diperiksa kualitasnya dan itu memakan waktu sehingga berakibat pada kualitas cabai yang menurun.

“Kami juga memang kurang setuju untuk dimasukan di perusahaan, karena masih akan menunggu hasil lab, apa bila tidak di terima, cabai hasil petani itu kualitasnya akan turun dan sulit untuk dipasarkan. Nah petani kan akan rugi,” tegas Sri.

Sehingga, lanjut Sri, petani di Konawe lebih memilih memasarkan secara langsung karena harganya lebih baik.

Laporan: Jaspin