TP-PKK Koltim Sosialisasikan Empat Penyebab Terjadinya Stunting

waktu baca 3 menit
Ketua TP-PKK Koltim ibu Yosinggi Sulwan, S.KM., M.KES, saat memaparkan empat penyebab terjadinya stunting pada anak di usia 5 tahun ke bawah di kegiatan sosialisasi, Rabu (22/12/2021).

KOLTIM –Tim Pengerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra), mensosialisasikan empat penyebab terjadinya stunting pada anak di usia 5 tahun ke bawah.

Ketua TP-PKK Koltim ibu Yosinggi Sulwan, S.KM., M.KES menyebut ada 4 isu kesehatan yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yakni TBC, Stunting, Iva Test dan Imunisasi.

Menurut riset kesehatan dasar tahun 2018 lalu, Yosinggi menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes ) Republik Indonesia, menyebut bahwa ada sekitar 30,8 persen anak di seluruh Indonesia yang menderita kondisi stunting.

Artinya, 1 dari 3 balita mengalami gangguan pertumbuhan dan butuh perhatian lebih. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua penderita kondisi Stunting di Asia Tenggara.

TP-PKK Koltim Sosialisasikan Empat Penyebab Terjadinya Stunting
Suasana saat sosialisasi stunting, Rabu (22/12/2021).

“Ini bukan jumlah yang sedikit. Hal ini terjadi bukan semata-mata karena asupan gizi yang kurang, tetapi adanya faktor lain yang menyebabkan terjadinya stunting,” jelas Istri PJ Bupati Koltim, saat memaparkan di kegiatan sosialisasi, Rabu (22/12/2021).

Kata dia, Stunting merupakan gangguan pertumbuhan kronis pada anak balita lima tahun kebawah. Itu diakibatkan karena balita tersebut masih kekurangan asupan nutrisi atau malnutrisi dalam waktu cukup lama.

“Penyebabnya adalah makanan yang anak konsumsi tidak memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai usianya. Karena pada umumnya, stunting terjadi pada balita, khususnya usia 1 sampai 3 tahun. Pada rentang usia tersebut, Ibu sudah bisa melihat apakah si anak terkena stunting atau tidak,” paparnya.

Meski baru dikenali, lanjut dia, setelah bayi lahir, ternyata stunting bisa berlangsung sejak si anak masih berada dalam kandungan.

Pendek atau bahasa medisnya stunting pada anak mencerminkan kondisi gagai tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis. Sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan bayi, seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas anak di masa depan.

TP-PKK Koltim Sosialisasikan Empat Penyebab Terjadinya Stunting
Tim Pengerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)

“Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan,” cetusnya.

Lebih jauh Yosinggi menerangkan, bahwa isu nasional terkait Stunting, juga tak kala pentingnya soal pemeriksaan IVA TEST guna mendeteksi lebih dini adanya Gejala kanker rahim sang ibu. Sehingga tak kala penting peran seorang Ibu Rumah Tangga dan Ibu kader PKK ikut dalam berperan sebagai pengawasan kebiasaan pola hidup yang tidak sesuai.

“Melalui sosialisasi ini saya mengajak kepada kita semua yang hadir di ruangan ini untuk melindungi dan memberikan pengertian anak-anak kita dan keluarga serta masyarakat pada umumnya untuk dapat memberikan perlindungan bahaya Kanker Leher Rahim dengan melalui pemeriksaan IVA TEST untuk mengetahui lebih dini adanya gejala kanker Rahim,” ajaknya.

Dia juga berharap kepada kader PKK Koltim untuk senantiasa mengikuti sosialisasi dengan seksama, penuh perhatian. Jadikan ilmu yang didapat nantinya sebagai pedoman dan pegangan dalam rangka menghindari penularan HIV AIDS dan menjaga asupan gizi pada 1000 HPK sehingga tidak melahirkan anak-anak yang stunting sebagai harapan bangsa dan negara.

SN/Discominfo