Proyek Pengaspalan Penuh dengan Tempelan, Erick Tadjuddin: Terjadi Distorsi atau Perubahan Bentuk

waktu baca 3 menit

KONAWE, Sultranews.co.id – Proyek pengaspalan jalan poros Mataiwoi-Abuki yang menelan anggaran

kurang lebih Rp 18 miliyar dengan panjang 4.5 kilometer dari Desa Arubia Jaya hingga di Desa Epeea, Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), terus menuai sorotan warga.

Proyek pengaspalan yang dikerjakan oleh PT. Elfatih Arsa Putra (EAP) terus menuai sorotan serta kecaman dari masyarakat khususnya di wilayah Abuki dan sekitarnya akibat aspal yang sudah mulai mengalami kerusakan.

Sedikitnya puluhan titik aspal retak, lubang dan bergelombang dikeluhkan oleh masyarakat. Padahal anggaran yang digelontorkan untuk peningkatan jalan ini tidak main-main, sekitar 18 Miliar.

Menanggapi hal itu, Erick Tadjuddin selaku anggota Asosiasi Teknik Konstruksi Indonesia (Astekindo) menyayangkan hal tersebut. Kata dia, seharusnya kegiatan perekonomian sangat didukung dengan tersedianya prasarana jalan.

Olehnya itu, jalan yang baik adalah untuk memperlancar hubungan antara berbagai daerah. Sebaliknya, jalan yang rusak pastinya akan menghambat kegiatan ekonomi dan bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.

“Kerusakan jalan memang menjadi salah satu masalah di Indonesia yang seringkali terjadi terutama di jalan-jalan dengan volume lalu lintas yang padat,” ujar Erick, kepada media ini Senin (22/4/2024).

Pekerjaan Aspal yang rusak di berbagai titik pada pekerjaan proyek jalan Mataiwoi-Abuki berdasarkan pendalaman teknis terjadi Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal.

Bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi.

“Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur,” kata dia.

Tentunya dari kajian teknis tersebut, harus ada hasil kajian serta P
pengujian Lab secara maksimal.

Diketahui, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Dr. Ir. Pahri Yamsul, M.T, mengakui kualitas aspal pada titik kerusakan yang telah digaris-garis, kualitasnya kurang bagus.

Baca Juga :  PT MCM Berikan Bantuan PPM Kepada Tiga Desa dan Kelurahan di Puriala Konawe

Pahri menyebut, ada beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas aspal tersebut di beberapa titik yakni pada saat penumpahan ada sisa aspal yang mutunya kurang bagus tapi masih dipakai oleh rekanan.

Faktor lainnya, kata dia, kemungkinan disebebkan jalannya yang sudah mulai aus, sehingga ada beberapa titik yang memang harus ditingkatkan kualitas aspalnya lagi.

“Kalau kualitas aspalnya sudah memenuhi spek dan sudah melalui hasil laboratourium yang sudah diakui oleh regulasi,” kata Pahri, panggilan akrabnya.

Selaku KPA pada proyek tersebut, Pahri bilang telah melakukan monitoring di lokasi tersebut. Hasil indentifikasi mereka diketahui bahwa tingkat kerusakan pada pekerjaan tersebut hanya sekitar 0.3 persen.

“Tingkat kerusakan sedikit sekali, presentasenya sedikit. Sehingga ruas jalan yang sudah digaris-garis adalah hasil analisis teknis kami yang akan diperbaiki kembali karena memang itu yang mengalami sedikit kerusakan,” tutur Pahri Yamsul, yang di hubungi media ini melalui telepon selulernya Rabu (17/4/2024) lalu.

Laporan: Jaspin