Pacu Potensi Jagung Sultra, Kementan Tinjau Sentra Baru di Konsel

waktu baca 2 menit

Kendari – Selain Kabupaten Muna yang menjadi sentra jagung di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kini Kabupaten Konawe Selatan diplot untuk menjadi sentra baru guna memacu jumlah produksi jagung asal Sultra.

Seluas 20.000 hektar telah disiapkan untuk menjadi perkebunan jagung, dan hari ini, Kamis (23/7) dilakukan survei kelayakan lahan. Hadir dalam giat survei ini Direktur Jendral Tanaman Pangan, bersama dengan Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil dan pejabat eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian.

“Potensi jagung asal Sultra cukup besar, hal ini dibuktikan dengan lalu lintas komoditas ini yang menunjukkan tren positif. Untuk itu, lahan tanamnya harus diperluas lagi” kata Jamil.

Menurutnya, berdasarkan data dari sistem perkarantinaan IQFAST tercatat lalulintas domestik keluar (dokel) selama semester I 2020 atau masa pandemi sebanyak 13.705 ton. Sementara dari catatan dokel di sepanjang tahun 2018 sebanyak 3.338,4 ton, meningkat di tahun 2019 dengan total 5.002 ton.

“Jadi tidak bersoal dengan kondisi pandemi, petani jagung di Sultra terus menanam dan panen. Selain untuk kebutuhan Sultra juga dikirim ke Makassar dan Surabaya. Mudah-mudahan dengan pertambahan luas tanam, produksi jagung Sultra semakin meningkat,” jelas Jamil.

Pengawasan Lalu Lintas 11 Bahan Pokok

Jagung merupakan salah satu dari 11 bahan pangan pokok yang lalu lintasnya dibawah pengawasan ketat Barantan. Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam penyediaan 11 bahan pangan pokok, guna ketahanan pangan juga pakan nasional di masa pandemi Covid-19.

Kepala Karantina Pertanian Kendari, Prayatno Ginting yang turut hadir dan mendampingi survei di Konawe Selatan ini juga menjelaskan pihaknya melakukan pengawasan terhadap bahan pangan pokok juga pakan yang dilalulintaskan di wilayah kerjanya.

Pemeriksaan terhadap benih jagung yang dilalulintaskan di pelabuhan maupun bandara, juga menjadi fokus pengawasan dan pengendalian mutunya.

“Harus bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), sehat dan aman agar dapat tumbuh subur dan berproduktivitas tinggi,” imbuh Ginting.

Pemantauan OPT secara langsung dan berkala di perkebunan masyarakat juga dilakukan olehnya bersama dengan dinas terkait guna memitigasi adanya ancaman wabah penyakit pada jagung.

“Kami percaya, dengan kerjasama semua pihak Sultra dapat memacu produktivitas jagungnya sehingga kedepan dapat juga menjadi ragam komoditas ekspor baru unggulan,” tutup Ginting. (SN)

Baca Juga :  Mendulang Rupiah dari Tanaman Porang

[feed url=”https://sultranews.co.id/category/ekonomi/” number=”5″]

Baca Lainnya