Produk Sagu Konawe Siap Menjadi Lumbung Pangan Dunia

waktu baca 5 menit
Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa (Tengah pakai Kopiah) dan sejumlah Duta Besar (Dubes) dan Perwakilan Negara Sahabat, saat duduk bersama. Foto Ulya/sultranews.net

sultranews.net – Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 39 Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), siap menjadi lumbung pangan dunia.

Hal itu dibuktikan dengan kedatangan tujuh Duta Besar (Dubes) dan perwakilan negara sahabat di kampung sagu Desa Labela, Kecamatan Besulutu, dalam rangka kujungan diplomatik tour, Jumat (1/11/2019).

Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, menilai kunjungan diplomatik tour tujuh dubes dan perwakilan negara sahabat di kampung sagu, sangat strategis dalam rangka memantapkan pembangunan Ketahanan Pangan Daerah dan Ketahanan Pangan Nasional.

Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, saat menyampaikan sambutanya di depan para Duta Besar (Dubes).

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan diversifikasi peran Sagu sebagai alternatif pengganti makanan pokok selain beras, guna mencapai lumbung pangan tahun 2025 serta menjadikan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045.

Ketua Harian Partai Amanat Nasional (PAN) Sultra menerangkan, potensi tanaman Sagu di Kabupaten Konawe seluas 3.725 ha, tersebar di Kecamatan Bondoala, Sampara, Meluhu, Lambuya, Puriala, Abuki, Asinua, Latoma, dan Besulutu.

“Luas lahan pertanaman sagu yang ada di Desa Labela ini seluas Kurang Lebih 70 Ha yang tumbuh di antara lembah dan perkampungan warga masyarakat,” kata Kery Saiful Konggoasa, Jumat (1/11/2019).

Menurut mantan Ketua DPRD Konawe itu, luas penanaman sagu yang saat ini ada di kawasan industri dan demplot sagu hasil dari pengembangan Organisasi Pangan dan Pertanian Food and Agriculture (FAO) yang menjadi lokasi kunjungan para dubesar negara sahabat seluas 0,75 ha untuk pertanaman sagu. Sedangkan luas 0,25 ha, lokasi pabrik dan pengembangan kegiatan pertanian lainnya seperti kolam ikan dan tanaman pangan serta sayuran lainnya.

Kery Saiful Konggoasa juga menegaskan kembali bahwa, pembangunan ketahanan pangan sudah menjadi komitmen dari Pemerintah Daerah Konawe.

“Komitmen Pemda Konawe yaitu menjaga ketersediaan pangan, menjaga kestabilan harga pangan, meningkatkan mutu dan kualitas bahan pangan, meningkatkan produksi pangan, serta mengatur dan mengawasi distribusi pangan,” ucap Kery.

Diketahui, hingga saat ini Kabupaten Konawe masih menjadi salah satu daerah Swasembada Beras dan menjadi penyanggah utama dalam menyuplay kebutuhan beras daerah Provinsi Sultra dan bahkan Nasional. 

Rombongan Diplomatik Tour Duta Besar (Dubes) dan Perwakilan Negara Sahabat, saat menyaksikan langsung proses pengolahan sagu secara moderen. Foto : Ulya/sultranews.net

Untuk itu dengan adanya kunjungan Diplomatic Tour yang bertemakan “Pengembangan dan Peningkatan Peran Sagu Menjadi Sumber Pangan yang Berkelanjutan”.

“Kami yakin dan percaya bahwa ke depannya Kabupaten Konawe akan semakin meningkat produksi Sagunya,” ujarnya.

Oleh karenanya, Lanjut dia, masyarakat Konawe akan semakin mengurangi konsumsi nasi dalam kebutuhan sehari-harinya dengan mengganti untuk mengkonsumsi Sagu yang hygienis dan berkualitas hasil produksi industri Sagu Labela ini.

Kawasan kampung Sagu Labela itu, kata Kery, proyek bantuan FAO Indonesia yang dimulai tahun 2016 hingga 2018 dengan pendampingan agronomis dan pengolahan sagu secara moderen dan menghasilkan tepung sagu yang dikelola dengan model kelompok Umusaha sagu yang bermitra dengan Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Desa Labela.

“Proses produksi tepung di pabrik ini baru berjalan pada bulan Juni tahun 2018 hingga tahun 2019 ini, dengan menghasilkan sebanyak 2,5 ton tepung sagu basah, dan 3 ton tepung sagu kering,” paparnya.

Untuk itu jumlah produksi saat ini belum maksimal dihasilkan, karena masih terbatasnya kemampuan daya olah mesin parut yang ada dan terlambatnya suplay bahan baku.

Sehingga, Pemerah Kabupaten Konawe pada tahun mendatang akan memberikan perhatian khusus pada pengembangan industri sagu tersebut.

Perhatian itu, direspon langsung oleh Bupati dua periode itu, dengan memberikan bantuan pada tahun 2020 mendatang. Pihak FAO dan Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia baru saja pada bulan Juli Tahun 2019 menyerahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Kabupaten Konawe melalui Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Konawe, untuk selanjutnya dikelola oleh Kelompok Usaha Sagu Desa Labela Kecamatan Besulutu.

“Seluruh hasil tepung Sagu dari Pabrik dan industri sagu Desa Labela telah di pasarkan ke Kota Kendari dan sekitarnya,” sebutnya.

Selain itu, bagi ibu-ibu melalui wadah kelompok PKK dan Dasa Wisma diharapkan melakukan sosialisasi dan penyuluhan untuk memprioritaskan makan Sagu sebagai pengganti beras melalui Program One Day No Rice atau makan sagu sehari sebagai ganti makan nasi, di kalangan keluarga dan anggota keluarga.

“Saya bersama jajaran Pemerintah Daerah dan masyarakat mengucapkan Selamat Datang di Kampung Sagu Desa Labela Kecamatan Besulutu. Semoga berkesan dan berkelanjutan khsususnya bagi para Duta Besar Negara Sahabat dan Peserta Diplomatic Tour untuk berinvestasi dalam bidang Pengembangan Sagu dan Bahan Pangan lainnya yang ada di Kabupaten Konawe,” tuturnya.

Lebih lanjut Kery menjelaskan bahwa Kawasan lndustri dan Demplot Pertanaman Sagu, diharapkan pula melalui Program FAQ di Desa Labela ini juga akan dijadikan sebagai Sekolah Lapang Budidaya dan Pengolahan Hasil Tepung Sagu dan Produk Hilir Iainnya.

Rombongan Diplomatik Tour Duta Besar (Dubes) dan Perwakilan Negara Sahabat, saat menyaksikan langsung proses pengolahan sagu secara Tradisional. Foto : Ulya/sultranews.net

“Saya sebagai Bupati Konawe bersama rakyat Konawe bersyukur dan berterima kasih kepada Pemerintah Pusat, Pihak FAO Indonesia beserta jajarannya, Badan Ketahanan Pangan Pusat Kementerian Pertanian RI, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sultra yang telah memprakarsai kegiatan ini,” lanjutnya.

Kery pun minta kepada Kepala Dinas Ketahanan Pangan bersama jajarannya untuk lebih memperluas Kawasan Gerakan Budidaya Sagu dan mengelolah Pohon Sagu atau Pohon Rumbia ini, sehingga hasilnya lebih baik yaitu produktivitasnya tinggi dan areal pertanamannya luas, demikian juga pengolahan hasilnya supaya diterapkan stander mutu tepung sagu.

Pada kesempatan itu pula Kery juga mendorong penambahan dan pemberian bantuan alat pengolahan sagu yang modern dan portable karena itu akan sangat membantu pengembangan produksi tepung sagu.

“Saya mengajak kepada seluruh masyarakat Konawe agar budayakan kearifan lokal dengan tetap melestarikan adat Tolaki yang bila hendak menikah maka calon mempelai pria wajib menanam pohon Sagu terlebih dahulu sebagai maharnya,”ucap Kery.

Tentunya dengan budaya kearifan lokal ini akan makin menambah serta mempertahankan populasi sagu di masa mendatang. Pemerintah Daerah melalui APBD Konawe akan memprogramkam pelatihan budidaya, pengolahan hasil sagu termasuk memproteksi hasil tebangan sagu untuk tidak dijual secara gelondongan dan di bawah keluar Kabupaten Konawe dalam bentuk batang sagu.

Namun, diharapkan dengan adanya lndustri Sagu Modern ini, maka produksi Sagu yang di pasarkan keluar Kabupaten Konawe sudah dalam bentuk tepung kering atau sagu basah maupun dalam bentuk olahan lainnya.

“Kami berharap seluruh tamu dapat menikmati suasana alam yang sejuk di dalam Kebun Sagu dan aneka panganan serba Sagu,” tutupnya.

Laporan : Ulya