Ter’unik, Kelurahan Ranoeya TampilkanTeatrikal Perang 10 November 1945

waktu baca 2 menit
Adegan tetrikal perjuang 10 November 1945 itu, sukses diperagakan oleh peserta pawai dari Kelurahan Ranoeya. Kegiatan "Pawai Juang", dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang ke-77 tahun 2022, yang bertempat di Lapangan Lasandara Wawotobi, Kamis (18/8/2022) siang tadi. Foto Sultranews.co.id

KONAWE – Pemerintah Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe, menggelar kegiatan “Pawai Juang”, dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang ke-77 tahun 2022, yang bertempat di Lapangan Lasandara Wawotobi, Kamis (18/8/2022) siang tadi.

Puluhan peserta, baik dari kalangan pelajar, Pemuda, organisasi, karangtaruna, bahkan masyarakat umum Kecamatan Wawotobi, turut memeriahkan kegiatan pawai juang tersebut.

Dari pantauan Sultranews.co.id, berbagai model seragam dan gaya pawai juang era tempo doe loe itu ditampilkan oleh para peserta. Ada yang berkostum seperti pejuang, sembari menggunakan senjata tajam seperti bambu runcing, senjata api, bahkan ada pula yang menggunakan kendaraan roda empat yang telah dihiasi seperti layaknya tank tempur yang digunakan saat melawan penjajah.

Salah satu peserta yang paling banyak mendapat perhatian masyarakat yakni Kelurahan Ranoeya. Penampilannya di panggung penghormatan pantia, membuat masyarakat menikmati peragaan tetrikal yang mengusung tema “perjuangan rakyat pada peristiwa perang 10 November 1945”.

Tujuan dari teatrikal perang itu ingin mengigatkan kembali kepada masyarakat tentang perjuangan para pahlawan di momentum bersejarah itu. Apalagi bertepatan pada suasana hari kemerdekaan ini.

Adengan itu kembali dipertunjukan, dimana saat itu masyarakat Indonesia ditindas oleh penjajah Belanda.

Adegan tetrikal perjuang 10 November 1945 itu, sukses diperagakan oleh peserta pawai dari Kelurahan Ranoeya.

Mereka mempraktekkan pembebasan tawanan perang dari tangan para penjajah. Tawanan perang itu merupakan prajurit Indonesia dan kalangan pejuang wanita yang saat itu melakukan perlawanan.

Sementara penjajah itu adalah sekelompok tentara Belanda yang ingin merebut kembali kedaulatan NKRI yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 oleh Suoekarno-Hatta.

Sejumlah tokoh berbagai golongan kemudian bersatu, menyusun strategi menyerang di markas penjajah Belanda, tempat para pejuang itu ditawan. Tujuannya untuk membebaskan para tawanan itu.

Baca Juga :  Lagi, Proyek Rekon Jalan Mataiwoi-Abuki Amburadur, Aktivis Konawe Irfan Kecam Kontraktor CV Star One

Peristiwa perang berdarah pun terjadi. Perang itu begitu sengit, dan banyak menelan korban meninggal. Yang pada akhirnya perang itu dimenangkan oleh rakyat Indonesia.

Untuk diketahui, usai kegiatanpawai juang itu dilaksanakan, panitia yang di ketuai oleh Camat Wowotobi Hanibal, S.T, langsung mengumumkan perserta pawai juang yang meraih juara. Untuk juara 1 di raih oleh Kelurahan Bose-Bose, juara 2 di raih Kelurahan Hopa-Hopa, dan juara 3 di raih Kelurahan Kasipute.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Konawe Sriyani, Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat Kabupaten Konawe Ilham Jaya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Suryadi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Muh. Akbar, Kepala SMA Negeri 1 Wawotobi Cecep, Danramil Wawotobi, Polsek Wawotobi, Kepala Desa, dan masyarakat Kecamatan Wawotobi.

Laporan: Jaspin